Total Tayangan Halaman

Februari 10, 2016

Senja ini

Suatu sore yang biasa biasa aja, ditengah bulan februari yang lumayan dingin.

Aku membeli sekotak pizza lalu berjalan tak tentu arah, hingga membawaku pada tepian pantai di kota ini.

Pantai yang dimata orang memang biasa biasa saja, namun bagiku adakah ciptaan tuhan yang tidak pantas disebut indah?

Kubelokkan kendaraan ini ketepian jalan yang agak menjorok kepantai, disana ada dua orang tukang parkir. Masih bocah, 7 tahun mungkin? Satunya memakai rompi parkir yang kebesaran, satunya memakai jersey bola klub asal inggris, semangat sekali mereka membantuku memarkir kendaraan.

"Yak maju terus pak, teruss!!! Op op op" ujar mereka lantang. Apakah tampangku mirip bapak bapak hei teman-teman? Biasanya anak kecil berkata jujur kan?

Sudahlah, mungkin kaca kendaraan ku yang terlalu gelap. Tidak usah memperpanjang masalah sepele ini.

Aku tetap duduk didalam kendaraan, memperhatikan keindahan senja yang mulai menyapa dari balik kaca kendaraanku. Ditemani sekotak pizza dan alunan merdu si bocah ajaib asal kanada, justin bieber.

Damai, sungguh.

Mataku mulai melirik kegiatan manusia dibibir pantai.

Seorang ibu yang sudah cukup berumur, mungkin 50 tahun? Duduk menghadap pantai bersama dua anak balitanya. Mulai muncul pertanyaan dibenakku, kemana suami ibu tersebut? Apakah tidak ikut bersantai disenja hari bersama keluarga kecilnya?

Sang kakak mulai berlarian kesisi lain pantai, entah apa yang dikejarnya. Si adik tetap setia duduk di pangkuan ibunya, atau neneknya? Memandang semburat jingga dilangit yang semakin lama dipandang, semakin indah saja rupanya.

Ah aku rindu masa kecilku, dimana hal-hal sederhana seperti bermain dipantai senja hari bersama papa bunda dan adik adikku adalah salah satu hal yang luar biasa menyenangkannya.

Kualihkan padangan kesisi lain pantai, segerombol remaja duduk dengan nyamannya diatas pasir pantai. Seolah olah pasir pantai itu sofa diruang tamu mereka. Asik tertawa keras keras tidak peduli orang lain disekitarnya akan terganggu. Khas jiwa muda sekali kan? Terlalu ingin menunjukkan pada dunia bahwa kitalah orang-orang paling bahagia didunia, orang-orang paling berkuasa dan paling kuat, tidak ingin dinasehati apalagi dikekang.

Nah kalo melihat ini aku jadi rindu teman-teman SMA ku, kapan ya kita terakhir kali bercanda-canda ditepi pantai disenja hari begini? Sambil makan langkitang tentunya. 

Ah aku ingat, sebelum bulan puasa tahun kemaren kan? Bisa kita ulang lagi saat saat menyenangkan itu?

Dengan berlahan sambil menyongsong keranjangnya, datanglah sang ibu penjual rakik kehadapan para remaja ini. Tipe pekerja keras jika kulihat, tidak lelah ia menawarkan dagangannya yang telah dingin ke orang-orang.

Mengabaikan. Itulah yang remaja-remaja tanggung ini lakukan. Sudah kubilangkan sifat remaja itu seperti apa? Tambahan lagi, sering menganggap remeh orang lain. Tapi tidak semua kok, tenang saja. Buru-buru ku ralat karna kalian sepertinya sudah akan protes tidak setuju??

Siapa pula orang yang akan terus bertahan jika diabaikan? Baik diabaikan saat kita sedang menawarkan dagangan, diabaikan saat bicara atau diabaikan perasaan cintanya. Semua sama saja, bikin kesal.

Pergilah sang ibu penjual rakik menghampiri ibu dengan dua anak balita yang tadi ku ceritakan. Ditawarkannya rakiknya yang masih sangat banyak itu kepada sang ibu. Dalam kendaraan aku berteriak, "ayo buu beli!! Kasihan!!" Persetan dengan orang-orang diluar. Mereka tidak akan dengar.

Sang ibu masih ragu, namun si kakak langsung mencomot rakik si ibu dan memakannya dengan semangat. "Yes!!!!" Sorakku, sudah macam orang gila.

Akhirnya sang ibu membeli banyak, aku ikut tersenyum melihat senyum yang ada di bibir penjual rakik. Dengan semangat ia kembali menjajakan dagangannya ke orang-orang. Mungkin ia ingin membelikan makanan yang lezat untuk analnya dirumah, hingga semangat sekali ia berjualan rakik.

Kutangkap seorang penjual rakik lainnya, namun bukan sedang menawarkan dagangannya. Namun sedang memakan semangkuk mie ayam. Nikmat ya bu? Jangan lupa habis ini rakiknya dijajakan lagi.

Sudah tidak ada lagi pemandangan manusia yang menarik perhatianku. Kini matahari sudah siap untuk beristirahat, saatnya aku akhiri jalan-jalan tak tentu arahku sore ini.

Kumundurkan kendaraanku, dua bocah tukang parkir yang asik bermain dengan botol bekas, langsung berlari menghampiri.

"Terusss kak terusss" lagi lagi mereka bersemangat, tapi memangnya apa yang harus aku teruskan?? Entah mereka mengerti atau tidak dengan urusan parkir memarkir ini, aku hanya bisa pasrah dan mengarahkan kendaraanku sendiri.

Mereka menghampiri kaca disamping kemudi, kubuka kaca dan kuulurkan selembar sepuluh-ribuan. 

Sang bocah berompi oren khas tukang parkir langsung tersenyum sumringan ke arah temannya. Dengan semangat mereka berteriak "terima kasih kak!!"

Syukurlah kali ini dipanggil kak, bukan pak lagi. Kalau tidak awas saja, akan ku minta kembalian uang parkirku haha. Kubalas senyum mereka dan melajukan kembali kendaraanku, senang sekali karna uang yang kuberi mencetak senyum sangat lebar dibibir mereka. Padahal itu tak seberapa. 

Bersama sama dengan teman memang menyenangkan, tetapi sesekali menyendiri untuk memperhatikan sekitar dengan lebih seksama juga tidak buruk kok;)

10 februari 2016, pantai purus padang.